Susahnya Aing Berpikir Objektif dan Hesena Memberantas Hoaks


Manusia adalah binatang. Hanya saja ia dianugerahi akal pikiran oleh Tuhan. Ia memiliki suatu sistem abstrak yang disebut logika. Membuatnya dapat berpikir rasional dalam mencari jawaban setiap pertanyaan yang ada di alam semesta. Otak manusia mampu melakukan proses yang jauh lebih cepat dari komputer yang paling modern sekalipun.

Kendati demikian, bukan berarti otak kita tidak mempunyai keterbatasan. Dalam hal perhitungan, Kalkulator melakukannya ribuan kali lebih baik daripada manusia, dalam hal ingatan, memori kita sering kali tidak berguna sama sekali, dan faktor yang paling utama perihal keterbatasan otak manusia dalam berpikir adalah kita cenderung berpikir secara bias.

Secara istilah Bias berarti sebuah penyajian bahan yang dipenuhi prasangka. Ia juga berarti kesalahan yang konsisten dalam memperkirakan sebuah nilai.

Bias paling umum yang terjadi di masyarakat adalah bias kognitif. Bias kognitif adalah kesalahan dalam berpikir, menilai, mengingat, atau proses kognitif. Yaitu, sebuah pola penyimpangan dari standar dalam pertimbangan, di mana inferensi bisa terjadi secara tidak wajar. Orang-orang membuat "realitas sosial subjektif" mereka berdasarkan persepsi mereka. Karena itu, bias kognitif bisa menyebabkan penyimpangan persepsi, pertimbangan yang tidak tepat, penafsiran yang tidak logis, atau yang sering disebut keirasionalan.

Semacam Gangguan-gangguan dalam pikiran kita hingga menyebabkan kita membuat keputusan yang kemudian menimbulkan pertanyaan dan mengambil kesimpulan yang salah.

Ada hampir belasan macam kategori bias. Beberapa diantaranya sangat sering kita temui dan sisanya kurang familiar di telinga. Namun ada beberapa bias yang sering terjadi di masyarakat dan menjadi penghambat utama dalam proses pemberantasan hoaks.

Hoaks bagi beberapa pihak adalah sebuah bisnis. Setiap Hoaks selalu memiliki tujuan secara implisit. Hoaks meskipun lebih sering berisi berita negatif, diyakini sebenarnya memberikan keuntungan bagi pihak tertentu, khususnya penyebarnya tentunya.

Mengapa Propaganda Hoaks masih eksis hingga saat ini? Jawabannya sederhana. Karena masih banyak manusia yang mudah diperdaya oleh hoaks. Namun yang perlu digarisbawahi adalah, manusia yang diperdaya hoaks ini bukan manusia yang bodoh. Bukan pula manusia polos dan lugu sehingga dengan mudahnya percaya. Manusia ini hanya memiliki masalah seperti yang disebut diatas, Permasalahan Bias Kognitif.

Ada dua jenis bias yang mempengaruhi manusia untuk mudah terperdaya oleh hoaks. Pertama Bias konfirmasi (Confirmation Bias) dan Kedua Bias Kelompok (Ingroup Bias).

Manusia dapat dikelompokan ke dalam dua jenis. Pertama, ia yang mengumpulkan fakta-fakta terlebih dahulu baru kemudian membuat kesimpulan. Kedua, ia yang meyakini kebenaran tertentu terlebih dahulu baru kemudian mencari fakta-fakta yang mendukungnya. Manusia golongan kedua ini lebih banyak jumlahnya dari yang pertama.

Bias Konfirmasi (Confirmation Bias)

Manusia dengan bias konfirmasi cenderung mengamini setiap pendapat orang-orang yang juga sependapat dengan mereka. Itulah sebabnya mereka hanya mengunjungi website, akun, atau sumber lain yang mengekspresikan pandangan politik mereka, mereka juga cenderung lebih suka bergaul dengan orang-orang yang mempunyai pandangan dan selera yang sama dengan mereka.

Pengidap Bias Konfirmasi cenderung merasa terganggu oleh individu-individu, kelompok-kelompok, dan sumber-sumber berita yang membuatnya tidak nyaman dan tidak percaya diri tentang pandangan-pandangannya.

Dia akan mencari fakta yang mendukung pandangannya saja yang sering kali dilakukan secara tidak sadar, dan pada saat yang sama mengabaikan atau menganggap salah pandangan-pandangan lain tidak peduli betapapun validnya pandangan lain tersebut selagi itu mengancam pandangannya. Dan Internet justru membuat tendensi seperti ini semakin menjadi.

Manusia dengan Bias Konfirmasi, tidak mempedulikan valid dan tidaknya suatu fakta atau berita, yang ia pedulikan adalah apakah berita atau fakta sementara itu mendukung pandangannya atau tidak.
Sebagai contoh, Ada sebuah artikel kesehatan di internet yang membuktikan penelitian bahwa vaksinasi dapat menyebabkan autisme. Karena Aing mempunyai pandangan yang tidak setuju dengan Vaksinasi, maka Aing langsung mengamini artikel tersebut tidak peduli itu artikel yang valid atau bukan. Padahal ada ratusan artikel lain yang lebih valid menyebut bahwa vaksinasi sama sekali tidak berpengaruh terhadap autisme.

Dengan banyaknya manusia yang berpikiran bias konfirmasi, maka hoaks semakin hese untuk diberantas. Cara yang digembar-gemborkan selama ini oleh kemkominfo untuk memberantas hoaks seperti cek dan ricek sumber berita akan menjadi sia-sia jika masyarakat sendiri menerima hoaks tersebut.

Bias Kelompok (Ingroup Bias)

Bias kelompok sebenarnya agak mirip dengan bias konfirmasi. Bias kelompok adalah sebuah manifestasi dari kecenderungan sifat-sifat primordialisme kita.

Seseorang dengan Pemikiran Bias Kelompok, selalu menganggap benar apapun yang dianggap kelompoknya benar. Meskipun sebenarnya bias ini membantu kita untuk memperkuat hubungan dengan orang-orang yang ada dalam ingroup kita, namun bisa menjadi penyebab kerenggangan hubungan kita dengan orang yang berada di luar kelompok kita.

Hal ini membuat kita selalu curiga, takut, dan bahkan melecehkan terhadap orang lain. Pada akhirnya, bias ingroup ini bisa membuat kita menilai berlebihan terhadap kemampuan dan nilai-nilai yang ada dalam kelompok kita saja dan mengabaikan orang-orang yang berada di luar kelompok kita.
Lalu bagaimana kaitannya dengan pemberantasan hoaks?

Contoh, Seorang Tokoh masyarakat pimpinan ormas dalam surat kabar mengatakan bahwa Presiden adalah anggota PKI. Hal tersebut langsung dipercaya oleh seluruh anggota ormasnya tanpa cek dan ricek terlebih dahulu perihal kevalidan pernyataan tersebut. Tentu saja anggota ormas yang mengidap bias kelompok saja yang dimaksud.

Memang, selanjutnya anggota ormas ini akan mencari fakta-fakta lebih lanjut. Namun bukan untuk mengecek kebenaran pernyataan tersebut, melainkan untuk mencari fakta-fakta dan bukti-bukti yang dapat digunakan untuk mendukung pernyataan sang pimpinan ormas. Karena apapun yang dianggap kelompok benar adalah kebenaran yang absolut.

Pengidap bias kelompok ini akan memusuhi lawan yang tidak sependapat dengan kelompoknya sekalipun sang lawan memiliki fakta yang jauh lebih valid darinya.

Manusia bias kelompok ini semakin banyak jumlahnya di Indonesia. Tentu saja masalah ini sangat menghambat pemberantasan hoaks yang coba untuk Aing dan kita semua lakukan.

Saran Kemkominfo untuk selalu mengecek kevalidan suatu berita agar mencegah para pebisnis hoaks sukses menjalankan hoaksnya, sangat tidak efektif. Hoaks tidak akan hilang selagi banyak orang yang masih bisa diperdaya olehnya. Dan Pemikiran Bias adalah sesuatu yang menjadi penyebab orang-orang menerima hoaks. Aing pribadi akan tetap berenang dalam arus hoaks. Selagi hoaks itu sependapat dengan Aing. Ini disebut Bias Aing.   

No comments:

Powered by Blogger.