Cinta itu hanya Fenomena Sains
“Saya jalan yah Jang!”
Teriak Aceng kepada
Ujang. Setelah penumpang sebelumnya diambil Ujang, kini giliran Aceng untuk
mengantarkan penumpang. Memang keduanya biasa bergantian dalam mekanisme
pembagian penumpang ojeg. Biar adil dan merata katanya. Siang hari terik itu,
Ujang sendirian di pangkalan ojeg. Dilihatnya orang berseliweran dengan
kendaraan pribadi masing-masing. Baik mobil maupun motor bukan barang mewah
lagi saat ini.
Dulu ketika orang masih
sedikit yang menggunakan motor, Tukang Ojeg adalah profesi menjanjikan. Setiap
hari tidak pernah sepi penumpang. Tapi setelah negeri ini dibanjir bandangi
kendaraan-kendaraan impor yang di tempat asalnya justru tidak banyak orang
menggunakan, mobil dan motor berubah menjadi kebutuhan. Ditambah lagi ada Ojeg
online, semakin memperburuk kondisi pasar perojegan.
Seorang bapak paruh baya
datang menghampiri pangkalan ojeg. Dilihat dari penampilannya dia seperti
seorang guru. Belum sempat Ujang menawarkan tumpangan, Bapak itu sudah menyela.
“Ga, dek. Saya Cuma mau
numpang duduk disini, boleh kan?”
“Oh. Iyah silakan silakan
Pak”
Bapak itu pun duduk tepat
di samping Ujang. Ujang mencoba untuk memulai obrolan.
“Darimana mau kemana
pak?”
“Saya abis ngajar.
Sebelum pulang, main dulu ke saudara di Kampung sini. Cuma pengen lihat keliling
kampung”
“Ooh”
“Adek setiap hari mangkal
disini? Punya berapa tanggungan dek?”
“Kebetulan saya belum
berkeluarga Pak”
“Wah, sama kalau begitu”
Ujang sedikit kaget. Dari
penampakannya, Bapak ini berumur sekitar 50 tahunan. Dia mengatakan belum
berkeluarga adalah sesuatu yang mengejutkan Ujang. Dia mengatakan ‘Belum’
berkeluarga! Ujang tampak mencoba menyembunyikan rasa terkejutnya. Namun Bapak
itu tersenyum seakan mengetahui isi hati Ujang.
“Kenapa dek? Kaget yah?
Saya bukannya belum berkeluarga. Tapi memang tidak mau berkeluarga sebenarnya.
Repot menurut saya. Saya yang sehari-hari bekerja sebagai dosen ini sudah cukup
penghasilannya untuk menghidupi kebutuhannya sendiri. Saya mempelajari bahwa
hidup di dunia ini tidak mesti memiliki pasangan. Terkadang hidup menyendiri
lebih bisa menciptakan kedamaian”
Ujang melongo. Seakan
tidak percaya apa yang keluar dari mulut bapak tersebut. Bapak itu kemudian
melanjutkan.
“Jangankan menikah dek.
Cinta aja saya tidak percaya sama sekali. Cinta itu sesuatu hal yang ilmiah.
Manusia hanya melebih-lebihkannya. Apa yang manusia sebut sebagai Cinta
sebenarnya adalah sebuah reaksi kimia pada otak yang menimbulkan paksaan dan
dorongan kepada makhluk hewani untuk berkembang biak. Ia menyentuh makhluk
hidup dengan cepat, dan secara perlahan namun pasti kelak ia akan menemui
kelayuan, meninggalkanmu dalam penyesalan yang bahkan tak kau sadari. Oleh
karena itu, saya mencoba untuk memutus rantai itu, mengaktualisasi diri, dan
fokus pada ilmu pengetahuan”
Ujang diam tanpa kata.
Menggeleng-gelengkan kepalanya seraya berpikir makhluk apa yang sedang
berkunjung ke kampungnya itu. Bapak itu hanya tersenyum, berterima kasih, lalu
kemudian berlalu. Dan Ujang, masih di pangkalan sambil tetap menggelengkan
kepala tidak percaya. Tidak lama berselang, Aceng kembali ke Pangkalan Ojeg.
“Jang, hey, jangan
ngelamun wae atuh, kapan dapet awewenya kalau ngalamun aja mah”
“Saya baru sadar ternyata
di dunia ini ada yang lebih gila dari kamu Ceng, padahal dia terpelajar dan
kamu ngga”
No comments: