Ilmu Kalam memandang Islam Kiri



Pernah suatu ketika,  sewaktu masih duduk di bangku Aliyah saya memepelajari Sejarah Kebudayaan Islam. Tidak akan terlupa Guru saya pengampu mata pelajaran tersebut, Pak Asep Mahsus. Pada pertengahan masa pembelajaran, Bapak menjelaskan tentang Ilmu Kalam. Wah, seru nih kayaknya. Gumam saya kala itu. Memang materi SKI yang satu ini sangat menarik perhatian saya. Saya sendiri memberi julukan pada Ilmu Kalam ini sebagai kajian pemecah belah Islam.

Tentu saja dalam mempelajari Ilmu Kalam, saya harus melepas tendensi kepada Ahlu Sunnah Wal-Jama’ah yang saya yakini. Saya ingin melihat semua paham dengan pikiran yang jernih dan objektif. Salah satu kajian dari sekian banyak objek ilmu kalam yang dijelaskan bapak kala itu adalah tentang Al-Qodim dan Al-Huduts nya Al-Quran.

Terdapat perbedaan pendapat diantara umat muslim tentang Sifat dari Al-Quran itu sendiri. Sebagian menganggapnya Al-Qodim, Kalam Allah, Dzat yang terdahulu, serta disucikan. Sebagian lain mengaggap itu hanya mushaf biasa salinan Zaid ibn Tsabit terhadap Firman-Firman Allah yang semata keluar dari lisan Rasul Saw.

Saya menganggap Ilmu Kalam hanya sebagai bagian dari pelajaran SKI semata. Tidak menganggapnya sebagai suatu kajian yang berat. Baru-baru ini mata saya terbuka melihat fenomena Islam Indonesia yang menurut saya, sedang tidak harmonis. Golongan  ekstrim kanan semakin bertambah banyak rupanya. Kebenaran yang tadinya dianggap sebagi suatu nilai yang abstrak dan harus dihormati oleh setiap golongan yang memiliki kebenaran masing-masing, mulai dipaksakan oleh golongan ekstrim kanan yang merasa kebenarannya adalah mutlak.

Golongan ekstrim kanan ini tidak terlalu membahayakan menurut saya. Eksistensi mereka hanya menimbulkan kerusakan-kerusakan fisik. Golongan ekstrim kiri, menurut saya jauh lebih berbahaya. Golongan ekstrim kiri yang cenderung berpikiran bebas. Mendengar mereka berbicara seperti mendengar para sarjana-sarjana orientalis barat. Yang menarik perhatian saya adalah pendapat mereka terhadap sifat Al-Quran. Mereka berpendapat bahwa Quran itu adalah sesuatu yang Huduts, baru. Saya kira pemahaman seperti ini sudah mati terkubur bersama golongan Mu’tazilah masa lalu. Kalah oleh pemahaman Ahlu Sunnah Wal-Jamaah yang lebih diterima umat Islam kala itu bahwa Al-Quran adalah Dzat yang Qodim.

Al-Quran, menurut para ekstrim kiri ini, bukanlah sesuatu yang selayaknya disucikan. Ia hanyalah Cara Rasulullah memahami Kalam Allah. Allah memberikan Firman dan Wahyu nya kepada Rasulullah melalui malaikat Jibril, Lalu dalam memahami dan menyampaikan firman tersebut kepada umatnya, Rasulullah menyaring dan memprosesnya, menggunakan Akal dan Rasionya pribadi. Sehingga, menurut golongan ini, Al-Quran memiliki keterbatasan. Sebagaimana keterbatasan Akal, Logika, dan Rasio yang dimiliki Rasul.

Apa bahayanya dari pendapat seperti ini? Ini bagaikan sebuah ancaman yang gila terhadap Islam sendiri. Pendapat gila ini justru akan menghilangkan nilai Islam secara perhalan. Dengan mengatakan bahwa Al-Quran itu terbatas, mereka secara implisit mengatakan bahwa Al-Quran itu bisa kadaluarsa, bisa ketinggalan zaman. Perintah-perintah dalam Al-Quran dianggap sebuah akal, logika dan kearifan Rasul semata dalam memahami firman Allah, pada zaman itu.

Perintah seperti berpoligami misalnya, karena poligami pada saat itu dianggap sebagai pembatas terhadap Suami yang memiliki banyak sekali istri, menjadi maksimal empat saja. Maka Poligami dianggap tidak berlaku lagi pada masa sekarang. Lalu perintah berjilbab bagi perempuan. Menurut mereka, Jilbab merupakan kadar kesopanan perempuan arab pada masa itu. Maka sebenarnya seorang muslimah bisa berpenampilan apa saja sesuai dengan kadar kesopanan di tempatnya berada. Pemikiran seperti ini merupakan penghancuran Islam secara doktrinal. Lama kelamaan, Rukun Islam seperti Shalat, akan dianggap ibadah yang semata merupakan perspektif Rasul sendiri dalam beribadah, Puasa, Zakat, bahkan Ibadah Haji, akan dianggap bukan sebagai esensi Islam yang sesungguhnya.

Ilmu Kalam. Saya menyinggung sedikit tadi. Pula hanya tentang satu kajian, yaitu Al-Quran. Bayangkan begitu kompleksnya pembahasan ilmu yang satu ini. Ilmu ini jelas merupakan Ilmu yang mencoba untuk mendeteksi, sebenarnya dimana akar permasalahan perselisihan Umat Islam sejak zaman baheula sampai sekarang bermula. Kunci utama nya cuma satu. Yakini apa yang kita yakini, serta menghargai pendapat dan keyakinan orang lain.            

No comments:

Powered by Blogger.