Ilmu dan Pengetahuan
Ilmu dan Pengetahuan. Pada masa sekolah dulu,
saya tidak mengerti perbedaan kedua istilah tersebut. Yang saya tahu, Ilmu
biasanya selalu disandingkan dengan Pengetahuan. Tidak ada salah satu guru pun
di waktu sekolah dulu yang pernah menjelaskannya. Guru Ilmu Pengetahuan Alam
atau Ilmu Pengetahuan Sosial misalnya, tidak pernah secara detail menjelaskan
definisi sesungguhnya Ilmu dan pengetahuan. Paling bedanya orang yang berilmu,
dan orang yang berwawasan. Itupun masih samar-samar. Apakah keduanya merupakan
dua kata yang berbeda dan memiliki arti masing-masing, atau justru merupakan
kata sinonim yang memiliki arti sama.
Baru beberapa waktu ke belakang saya mulai
memahami maksud dari kata Ilmu dan kata Pengetahuan. Mendadak pada awal
pertemuan, dosen bertanya kepada mahasiswa tentang ‘katanya’ hal yang sangat
sederhana ini. Keduanya merupakan dua kata yang memiliki arti berbeda. Bisa
disimpulkan secara sederhana bahwa Ilmu adalah bagian dari Pengetahuan. Ilmu
adalah bagian spesifik dari pengatahuan. Ilmu adalah cabang dari pengetahuan.
Kesimpulan tersebut diambil dari penjelasan yang cukup kompleks. Mari kita
mulai dengan pengertian Pengatahuan.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang kita
ketahui. Segala sesuatu yang memori kita tangkap adalah pengetahuan. Kita tahu
bahwa Es apabila diletakan di tempat yang terkena sinar matahari secara
langsung akan cepat meleleh. Kita tahu bahwa Kambing yang sehat itu memiliki
ciri-ciri demikian. Kita tahu bahwa merebus mie instan di kompor itu cukup
dengan waktu 3-5 menit. Hal-hal di atas adalah pengetahuan. Pengetahuan ini
cakupannya sangat luas. Karena meliputi segala sesuatu yang diketahui oleh
manusia. Oleh karena itulah para ahli membedakan Pengatahuan ke dalam tiga
kategori. Ketiga kategori tersebut adalah Ilmu, Seni, dan Agama. Bisa dilihat,
Ilmu adalah salah satu dari tiga jenis pengetahuan. Ilmu ini merupakan
pengetahuan yang dapat dibuktikan secara ilmiah dan empirik, memiliki metode
yang jelas, dan memiliki penilaian yang objektif. Sebuah pengetahuan yang
hendak dijadikan ilmu harus memenuhi syarat-syarat di atas.
Dengan Ilmu Fisika, kita mengetahui alasan
mengapa es lebih cepat mencair jika diletakan di bawah sinar matahari. Bukan
hanya sekedar tahu. Tapi memiliki alasan ilmiah dan logis yang dapat
dibuktikan. Dengan ilmu biologi, kita dapat memastikan apakah hewan yang akan
kita beli sehat atau tidak. Jika sehat apa alasannya. Jika tidak apa juga
alasannya. Seorang Petani misalnya, tidak memiliki ilmu yang memadai terhadap
dunia pertanian. Namun tidak sedikit memiliki pengetahuan yang bisa dikatakan
jauh lebih luas dibandingkan para sarjana pertanian. Para petani ini tidak bisa
menjelaskan secara ilmiah alasan mereka harus menanam dan tidak boleh menanam
pada waktu tertentu. Mereka memiliki alasan tersendiri dan pengetahuan mereka
sendiri dalam pertanian. Seorang Nelayan tahu kapan harus melaut dan juga
sekaligus tahu bahwa di hari itu lautan akan sangat berombak. Kakek anda
misalnya, bisa tahu kalau sebentar lagi musim mangga hanya dengan melihat cuaca
dan pohon mangga itu sendiri. Dia tidak memiliki ilmu yang mapan sebenarnya,
namun pengetahuannya luas. Ada orang yang mendadak menemukan pengetahuan bahwa
memasak air di atas gunung lebih cepat daripada memasak air di rumah dengan
alat, kadar air dan suhu api yang sama. Maka apabila ia melanjutkan untuk
melakukan penelitian, dia bisa mendapatkan ilmu baru
Pengetahuan kategori kedua adalah seni.
Berbeda dengan Ilmu yang bersifat empirik, Seni ini lebih bersifat estetis.
Seni adalah sebuah rasa atau nilai estetis dari keindahan atau kecantikan.
Seni, pada awalnya tidak bisa digolongkan sebagai ilmu. Seni tidak memiliki
metode-metode yang rinci. Selain itu, Seni juga tidak bisa dilakukan dengan
penilaian objektif. Seni adalah selera. Suatu hal yang dianggap bagus oleh
seseorang bisa jadi adalah sesuatu yang jelek bagi orang lain. Karena nilai
estetisme adalah nilai yang sangat subjektif.
Lalu ada pula Agama. Pengetahuan jenis ketiga
ini bersifat Transendental. Agama adalah sesuatu yang bersifat mistis atau gaib
yang tidak dapat dicerna dengan akal atau pikiran manusia. Agama tidak
tergolong ilmu karena tidak dapat dibuktikan dengan Logis kepada semua orang.
Hal-hal inilah yang disebut Transendental. Suatu keyakinan yang menganggap ada
kekuatan luar biasa di luar kemampuan manusia untuk menjangkaunya. Namun, baik
agama maupun seni, dapat dijadikan ilmu untuk beberapa integralnya. Selama itu memiliki
metode yang jelas dan dapat dibuktikan secara logis. Misal Seni Tari, Seni Tata
boga, Ilmu Tafsir, Ilmu Tauhid, dan lain sebagainya.
Penjelasan di atas kembali lagi kepada
kesimpulan bahwa Ilmu dan Pengetahuan memiliki arti yang berbeda. Ilmu merupakan
bagian dari pengetahuan selain seni dan Agama. Apabila seni mengkaji estetika
dan Agama merupakan sesuatu yang transendental, maka Ilmu adalah pengetahuan
yang dapat dikaji secara ilmiah, memiliki metode yang jelas dan dapat
dibuktikan secara empirik dan logis. Tapi saya masih memiliki satu pertanyaan
yang belum bisa terjawab. Apakah kata ‘Ilmu Hitam’ itu benar? Karena pada satu
sisi, Hal-hal mistis dan dunia hitam seperti dukun dan paranormal itu memang
ada. Namun pemakaian kata ‘Ilmu’ sebagai istilah yang merujuk kepadanya
terlihat tidak sesuai karena Pengetahuan tentang dunia ini sangat tidak logis.
Yah, walaupun tidak logis, konon katanya mereka memiliki metode-metode yang
jelas. Entahlah.
No comments: