Slogan Satu Malaysia
Malaysia.
Negara satu rumpun dan tetangga kita. Walaupun adat dan kebudayaan disana yang
mayoritasnya adalah melayu tidak jauh berbeda dengan kita, namun terdapat cukup
banyak perbedaan diantara Indonesia dan Malaysia. Kualitas hidup di Malaysia
jauh lebih tinggi dibanding dengan Indonesia. Hal ini disebabkan juga
pendapatan perkapita mereka yang jauh di atas pendapatan perkapita Indonesia.
Bisa dibilang, warga Malaysia lebih makmur dan sejahtera dibanding warga negara
Indonesia. Bahkan, tidak sedikit warga negara Indonesia yang mencari pendapatan
dan mata pencaharian ke Malaysia. Warga pendatang dari Indonesia adalah yang
terbanyak di Malaysia. Dalam beberapa bidang kehidupan, kita tertinggal dari
Malaysia. Namun, ada satu hal yang Malaysia tidak miliki atau kurang tertanam
ke dalam hati setiap warganya. Yaitu Nasionalisme dan Persatuan. Seorang warga
Malaysia pernah terheran-heran dengan reaksi masyarakat Indonesia yang luar
biasa meradang tatkala makanan khas Indonesia yaitu Nasi Padang diklaim oleh negaranya.
Bahkan muncul demonstrasi dimana-mana bertemakan ganyang Malaysia setelah
kejadian tersebut. Bagaimana mungkin, bangsa Indonesia ini murka hanya untuk
makanan semacam nasi padang. Memang, bangsa Indonesia ini tersohor sangat
mencintai negaranya. Rasa Nasionalisme yang sudah tertanam dan diajarkan sejak
kanak-kanak akan selalu ada hingga dewasa. Hal yang tidak dimiliki dan sangat
membuat iri warga Malaysia.
Selain
Nasionalisme, demokrasi adalah sesuatu yang samar bagi warga negara Malaysia.
Penguasa Malaysia saat ini adalah rezim lama politik dinasti Partai UMNO.
Partai UMNO ini adalah partai yang beranggotakan masyarakat asli melayu.
Kampanye hitam selalu dilakukan oleh partai satu ini dengan dalih menjaga dan
melanggengkan kekuasaan pribumi dari golongan non-melayu. Malaysia iri, melihat
seorang pengusaha kayu yang jauh dari ibukota negara bisa menjadi Presiden di
Indonesia. Warga negara Indonesia bisa melihat kedua calon Presiden beradu visi
dan misi dalam debat capres yang disiarkan secara langsung ke pelosok negeri.
Partai penguasa Malaysia saat ini, Partai UMNO sudah berulangkali
mengkriminalisasi lawan politiknya. Ketakutan partai ini terhadap bangkitnya
kekuatan non-melayu merupakan salah satu dari sekian banyak kejelekan partai
ini.
Perlu diketahui bahwa Malaysia ini terdiri
dari Tiga suku besar. Melayu, Cina dan India (Tamil). Sebenarnya potensi ini
telah digunakan sebagai promosi pariwisata dengan slogan “Malaysia Truly
Asia” karena hampir semua ras dari benua Asia ada di Malaysia. Bahkan dalam
salah satu film kartun Upin dan Ipin diperlihatkan bagaimana majemuknya
budaya dalam satu daerah di Malaysia. Sayangnya, gambaran kerukunan antar-ras
dalam film tersebut tidak seperti di kehidupan nyatanya. Warga Malaysia sangat
rasis. Sekolah misalnya, memiliki banyak jenis dan macam. Ada sekolah khusus
etnis Cina, Sekolah Khusus Melayu, Sekolah Khusus etnis Tamil. Para orang tua
menyekolahkan anak mereka sesuai dengan etnis mereka. Contoh lain biasanya
ketika persyaratan pekerjaan yang sangat diskriminatif. Jika pemiliknya etnis
cina, biasanya dia hanya mau mempekerjakan sesama etnis Cina. Begitu pula jika
pemiliknya etnis melayu atau India. Ada yang secara terang-terangan
mencantumkan syarat ‘Melayu Only’ atau ‘Chinese Only’, ada juga yang rasis secara
halus, syaratnya diubah menjadi ‘harus bisa berbahasa mandarin’ atau ‘harus
bisa berbahasa tamil’. Padahal pada prakteknya, para pencari pekerjaan tersebut
hanya perlu bisa berbahasa inggris.
Berbeda dengan Indonesia, kemajemukan etnis di
Malaysia ini tercampur aduk dalam satu tempat. Oleh karena itu, tantangan
keberagaman negara Malaysia ini sangat sulit. Indonesia memiliki wilayah yang
sangat luas. Kemajemukan budayanya tidak benar-benar membaur dalam satu tempat.
Misal, Orang papua, Sumba, Aceh, Medan, dan sebagainya kebanyakan tinggal di
daerahnya masing-masing. Sehingga perbedaan budaya dan pergesekan budaya tidak
terlalu intens. Mungkin hanya Jakarta yang menjadi kota semua suku. Sedangkan
di Malaysia, semua etnis tinggal dalam satu wilayah yang sama. Pemandangan
menjadi sangat kontras ketika perempuan cina yang hanya memakai celana super
pendek berjalan beriringan dengan perempuan melayu yang menutup seluruh bagian
tubuhnya.
Partai UMNO, yang saat ini sudah mulai menurun
pengaruhnya dalam perpolitikan Malaysia, melihat potensi gesekan antar etnis.
Untuk menjaga persatuan bangsa, sejak tahun 2009 Pemerintah Malaysia
mempropagandakan slogan Malaysia satu. Slogan ini dipropagandakan secara masif
kepada masyarakat. Mulai dari media elektronik, media cetak. Hingga poster,
selebaran hingga fasilitas-fasilitas di tempat umum selalu dipenui dengan
slogan ‘Malaysia Satu’. Slogan ini sebenarnya juga pernah dilakukan pemerintah
Singapura Puluhan tahun sebelumnya. Bahkan, bangsa Indonesia sudah sejak dahulu
menyatakan dirinya berbahasa, bangsa, dan tumpah darah satu Indonesia.
Kesadaran diri akan sebuah bangsa yang satu, sudah ada dalam benak pemuda dan
pemudi Indonesia sejak zaman dahulu. Hingga munculah sebuah ikrar persatuan
Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Menarik melihat Indonesia sejak 88
tahun lalu sudah mempropagandakan slogan ini bahkan ketika keadaan bangsa kala
itu di bawah penjajahan Belanda. Rasa Nasionalisme dan Persatuan bangsa
Indonesia yang kuat ini harus selalu dijaga dan dilestarikan oleh kita dan
sampaikan kepada generasi berikutnya. Negara ini adalah negara para Pahlawan.
Nasionalisme adalah sesuatu yang lumrah bagi bangsa ini. Tidak ada istilah
pribumi dan nonpribumi. Jangan sampai gaya devide et impera kolonial
Belanda dulu yang mengelompokan dan membedakan warga atas etnisnya terjadi lagi
di Indonesia. Salam Persatuan!
No comments: