Indonesia Bangsa yang Bilingual



Bahasa adalah karakter. Ia mencerminkan nilai dan karakteristik perilaku para penuturnya. Bahasa bukan sekedar alat komunikasi. Ia adalah watak manusia itu sendiri. Bahasa seseorang mencerminkan perilakunya. Bahasa seseorang mencerminkan apa yang ada di kepalanya.

Bangsa Indonesia ini adalah bangsa yang bilingual. Mayoritas bangsa ini menguasai lebih dari satu bahasa. Bahkan faktanya, bangsa Indonesia ini adalah bangsa yang penutur asli bahasa resminya, yakni bahasa Indonesia, atau orang-orang yang hanya menguasai bahasa Indonesia saja, jauh lebih sedikit daripada mereka yang menjadikan bahasa resmi ini sebagai bahasa keduanya.

Hal ini terjadi karena Bahasa Indonesia diambil dari bahasa melayu. Suatu kebijakan yang aneh memang, mengingat hingga masa kemerdekaan tahun 1945, bahasa yang paling banyak penuturnya adalah bahasa jawa. Namun karena bahasa jawa yang kurang merata kepopulerannya di Indonesia, ditambah lagi bahasa jawa memiliki undak usuk bahasa seperti jawa ngoko, jawa madya, dan jawa kromo inggil, membuatnya lebih rumit dibanding bahasa melayu yang tidak punya undak usuk.

Bahasa adalah karakter. Hidup enam tahun di Cirebon tidak menjadikanmu bisa ngobrol dengan lancar dengan orang Kebumen. Saya pribadi sebagai orang yang berbahasa ibu bahasa sunda, bisa berbahasa jawa cirebon, juga pastinya berbahasa pemersatu Indonesia, merasakan adanya identitas dan karakteristik setiap bahasa. Mengganti bahasa saya dengan bahasa lain juga ikut mengganti karakter dan cara saya bertutur kata. Dari bahasa sunda yang lemah lembut, tenang, dan mendayu-dayu khas orang pegunungan, berubah ke bahasa Cirebon yang semangat, tegas, dan berapi-api khas orang pantura, bukan sekedar perubahasan bahasa. Ia juga merupakan perubahan karakter.

Begitu pula misalnya bahasa arab dan inggris. Menurut pengalaman saya, dua bahasa ini memiliki karakter yang seakan berkebalikan. Saat saya berbicara bahasa arab, gelagat saya seperti berubah menjadi lebih rendah hati, tenang, dan puitis. Namun saat berbahasa Inggris, seakan yang muncul adalah percaya diri, cekatan, dan intelejensi. Karakter-karakter bahasa ini tidak terlalu terasa sebenarnya, kecuali saya berubah dengan cepat dan secara langsung dari satu bahasa ke bahasa lain. Coba anda lakukan perubahan bahasa saat berbincang dengan orang lain dari bahasa daerah anda ke bahasa Indonesia. Anda akan merasakan perubahan karakter yang dimaksud.

Kembali lagi ke bahasa Indonesia. Bahasa ini satu dari sekian banyak bahasa yang tidak mengenal gender. Bahasa populer seperti Bahasa Inggris dan bahasa arab saja membedakan kata ganti laki-laki dan perempuan. Kalau pada bahasa Inggris kita mengenal perbedaan kata ganti ‘He’ dan ‘She’. Apalagi bahasa arab, hanya kata ganti pertama seperti ‘ana’ dan ‘nahnu’ dan tidak mengenal gender, selain itu hampir semuanya dibedakan oleh gender.

Sebagaimana dijelaskan tadi, Orang Indonesia yang merupakan penutur tunggal bahasa Indonesia jauh lebih sedikit dibanding Orang Indonesia yang menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Darimana munculnya manusia-manusia penutur tunggal bahasa Indonesia ini? Tentu saja kebanyakan berasal dari perkawinan campuran antar-suku. Kita ambil contoh misalnya perkawinan laki-laki Sunda dan perempuan Jawa. Kemungkinan besar anak mereka akan menjadi penutur tunggal bahasa Indonesia. Sisanya dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal mereka. Apakah mereka tinggal di lingkungan Sunda? Atau Lingkungan Jawa? Kalau memilih tinggal di kota besar, kemungkinan anaknya menjadi penutur tunggal bahasa Indonesia semakin besar.

No comments:

Powered by Blogger.